kabar-toraja.com - Salah satu putra terbaik Toraja
Romie Oktovianus Bura ,Ph.D.mengharumkan nama Indonesia. Putra Jenderal (Purn)
Benyamin Bura ini dikirim bersama 33 putra-putri terbaik guna membuat pesawat
tempur. Para tim ahli dari Indonesia ini akan bergabung dengan tim ahli Korea
Selatan, pada program pengembangan pesawat tempur Korean Fighter X (KFX).
Menurut sumber informasi yang didapatkan
media ini Senin (18/7) malam tadi menyebutkan, kini Romie Oktavianus Bura yang
akrab dipanggil Romie Bura, sedang berada di Korsel. Menurut rencana ke-34 duta
Indonesia itu mulai aktif bekerja Senin (24/7/11) pekan depan.
Tak banyak informasi yang bisa
didapatkan apa saja aktivitas dan bagian apa saja yang menjadi spesialisasi
dan, ditempatkan bagian mana DR. Romie Bura untuk merakit pesawat tempur
tersebut.
“Maaf karena alasan kemanan yang
bersangkutan tidak dapat menyebutkan, dibagian mana dan apa saja aktifitasnya
nanti disana,”terang informan kabar-toraja.com.
Putra Toraja Romie Oktovianus Bura
,Ph.D.menamatkan S1 langsung ke S3 nya dengan mendapatkan bea siswa dari
British Aerospace. Sempat ditawari kerja di Badan Antariksa Inggris, namun
Romie Bura menolak, ia lebih memilih Indonesia sebagai tujuan proses aplikasi
ilmu yang didapatkannya, menjadi Dosen Pengajar Aeronotika Dan Astronotika
Institut Teknologi Bandung (ITB), Staff dosen FTMD pada Kelompok Keahlian
Fisika Terbang
Pesawat ini diperkirakan terealisasi
pada 2020 dan lebih canggih daripada pesawat tempur F16. Pesawat itu dinamai
Korea Fighter Experimental (KFX).
Beberapa waktu lalu, Dirut PT
Dirgantara Indonesia (DI) Budi Santoso mengatakan, pesawat KFX merupakan
generasi ke-4,5. Sebab pesawat ini di atas pesawat tempur F16 produksi Lockheed
Martin yang merupakan generasi ke-4 dan berada di bawah F35 yang merupakan
generasi ke-5.
Berat kosong pesawat ini adalah
sekitar 10,4 metrik ton. Think tank dari Universitas Konkuk pernah mengatakan, pesawat
tempur ini cukup baik lantaran memiliki rudal stand-off dan kemampuan siluman
(anti radar) yang memadai. Rencananya, bersama Indonesia, proyek ini akan
terealisasi pada 2020 mendatang.
Pesawat tempur KFX ini dirancang
akan berkursi tunggal yang didukung mesin yang setara dengan kelas General
Electric F414 atau SNECMA M88 yang digunakan pada F/A-18E/F Boeing dan Dassault
Rafale. Dibanding F16 yang dimiliki Korsel, KFX memiliki radius tempur 50%
lebih besar, usia pesawat 34% lebih lama, avionik lebih baik, serta kemampuan
datalink dan elektronik yang lebih baik.
Pesawat ini dirancang menggunakan
1-2 mesin, intersepsi berkecepatan tinggi dan kemampuan supercruise, teknologi
siluman dasar dan kemampuan multiperan. Ada dua desain untuk pesawat ini yakni
KFX 201 dan KFX 101. Desain KFX 101 lebih konvensional.
Total biaya pengembangan pesawat
selama 10 tahun untuk membuat prototipe pesawat diperkirakan menelan US$ 6
miliar. Sedangkan ongkos produksi per unitnya sekitar 20 juta won.
Untuk memproduksi pesawat ini,
Korsel telah bekerja sama dengan sejumlah pihak selain Indonesia, seperti
perusahaan pesawat Turki dan Boeing. Rencananya, akan ada 120 KFX yang dibuat,
dan selanjutnya akan ditambah lagi 130 unit.
Jika nantinya rancangan pesawat
ini telah diwujudkan, konon kode KFX akan diganti menjadi F33.
Dalam proyek ini, pemerintah Korea
akan menanggung 60 persen biaya pengembangan pesawat. Selain itu, sejumlah
industri dirgantara di Negara Ginseng itu di antaranya Korean Aerospace
Industry menanggung 20 persen, dan pemerintah Indonesia menanggung 20 persen
sisanya.
PT DI akan dilibatkan dalam
pembuatan pesawat tempur itu. Selain itu, Indonesia akan mendapat 50 unit KFX
serta menjadi rekan bisnis dalam hal pemasaran pesawat itu. Pesawat bisa
memiliki usia terbang hingga 30 tahun, sehingga bila terbang pada 2020, maka
2050 akan pensiun.
Pada Oktober 2009, pensiunan
Angkatan Udara di Korea Selatan ditangkap karena membocorkan dokumen rahasia
pesawat ini kepada penerbangan Swedia dan perusahaan pertahanan Saab. Dia ditengarai
menerima suap beberapa ribu dolar agar dapat memberikan salinan dokumen rahasia
yang telah difoto di Universitas Pertahanan Korsel. Meski demikian, pejabat
Saab membantah ikut terlibat.
Angkatan Udara Korsel pernah
berkonflik dengan Departemen Pertahanan dan Kementerian Perdagangan, Industri
dan Energi terkait proyek ini. Kala itu AU Korsel menginginkan mengimpor
pesawat tempur F15 di bawah proyek KFX. Namun keinginan ini ditentang
kementerian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar